Selasa, 24 Januari 2012

Menurut penanggalan cina, sekarang memasuki tahun naga air. apa ya naga air itu,,?! semua ramai2 membicarakan peruntungannya di tahun naga air ini. konon katanya untuk shio2 tertentu, adalah tahun yg membawa hoki, selebihnya eh salah, sebaliknya ada shio2 tertentu juga yang kurang bagus hokinya. ada2 saja, lha nasib kan tergantung usaha kita. masak sih kita jadi bad mood membaca atau menyimak ramalan2 yang ngga enak,,!??! ahli fengshui bahkan wanti2 pesan untuk menghindari warna2 tertentu dalam kesehariannya, misalnya untuk yang bershio naga, macan, ular yg peruntungannya kurang bagus dilarang memakai baju kuning, tapi harus banyak memakai warna merah. aneh ya, kalau dari logika rasanya susah masuk di akal hubungan antara hoki dan baju merah. tapi ini yang perlu diketahui, bahwa ilmu fengshui itu bersumber atau untuk mengatur dari keseimbangan antara manusia dan alam. jadi tidak ada unsur mistiknya. ini berarti, buat orang2 yg shionya kurang beruntung, jangan jadi bad mood ya. karena katanya, peruntungan yg kebetulan sedang baikpun tidak akan menjadi kesuksesan (rejeki) jika tidak diimbangi usaha keras...nah, semua pada akhirnya tetap punya peluang sukses tidak peduli shio apakah dia,, Gong Xi Fa Cai,,,,!!

Rabu, 14 September 2011

Keberkahan Hidup

Beberapa hari lalu saya mengunjungi salah satu klien kami seorang kiai. Pertemuan saya dengan beliau awalnya dari pameran yang diadakan perusahaan saya di salah satu instansi pemerintah daerah Bogor. Beliau mendatangi stand kami, dan dari situlah saya berkenalan dengannya. Seperti pepatah bilang, semakin merunduk padi semakin banyak bulirnya. Penampilan pak kiai setengah baya ini sangat sederhana, tidak banyak cakap tapi saya dapat merasakan aura nya sebagai seseorang yang berilmu dan berakhlak tinggi.
Pertemuan kedua saya, ketika beliau berkunjung ke kantor kami. Masih dengan kesederhanaan penampilannya, tapi sikapnya memancarkan wibawa seseorang yang disegani. Untungnya saya memiliki feeling yang kuat dalam menilai seseorang. Untuk orang yg melihat dengan kasat mata, pak kiai yg satu ini pasti tidak dilirik sebagai customer yang "menjanjikan".
Pertemuan ketiga saya ya itu, berkunjung ke rumah beliau untuk silahturahmi sekaligus menjalin relasi yg sudah terbentuk. Rumah beliau sederhana saja, tapi sangat sejuk. Kami bercakap-cakap biasa, dan tidak terlalu lama karena menjelang waktu shalat jum'at. Walau sebentar, saya sungguh terkesan. Tanpa wejangan apapun, saya merasa mendapat pencerahan. Yah, sungguh beruntung orang yang bisa mengisi hidupnya dengan banyak memberi. memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi uang maupun barang. Memberi bisa dalam bentuk pengajaran, memberi tauladan, bersikap santun, murah senyum dan hal-hal positif lainnya. Jika kita banyak memberi ke sesama saya yakin hati kita akan bersih seperti pakaian yang habis dicuci dengan sabun hingga hilang nodanya. Hati kita yang sering terkena polusi godaan dunia (setan) membuatnya hitam seperti jelanga. Kalau ditanya jujur, semua orang pasti ingin jadi orang baik2. Tapi kenapa hanya sebagian orang saja yang berhasil? Saya yakin karena kita tidak atau belum mampu menggerakkan bathin kita menuju perubahan positif. Bahkan kadang untuk meminta kepadaNya saja kita sering lupa. Astaghfirullah.....
Saya bersyukur sekali dapat dipertemukan dengan orang seperti beliau. Mudah-mudahan Allah memanjangkan umurnya sehingga banyak orang lagi yang bisa mengambil tauladan dari sikap hidupnya. Amiin.

Jumat, 19 Agustus 2011

Mensyukuri Hidup

Hidup itu sepatutnya kita syukuri. Sekalipun manusia lahir ke bumi sudah dengan takdirnya masing-masing, tapi alangkah beruntungnya hidup ini jika setiap detik yang kita lalui bisa kita sikapi dengan rasa syukur kepadaNya.
Kesimpulan ini saya sadari penuh, setelah melalui perenungan dan pengalaman sendiri. Sering kali sebagai manusia kita protes, mengeluh selalu merasa kurang disana-sini. Gaji kurang, jabatan kurang, rejeki kurang, kebahagiaan kurang, rumah kurang bagus, mobil kurang gress, anak kurang pintar, istri / suami kurang memuaskan, teman2 kurang mendukung dan segudang keluhan2 yang akan banyak sekali kalau dibuat daftarnya.
Semua kekurangan yang kita rasanya sebenarnya bersumber dari kita sendiri. Perasaan tidak puas adalah sesuatu yang manusiawi. Tapi bagaimana cara kita mengolah perasaan negatif ini menjadi takaran yang logis adalah tugas kita.
Beberapa hari ini saya memiliki kesadaran tersebut ketika merasakan bahwa banyak sekali pemberian Tuhan yang tidak saya sadari. Kehadiran anak dan suami/istri sebagai pelengkap hidup adalah salah satu contoh yang sering lupa kita syukuri. Saya teringat salah satu client kami, seorang bapak yang bisa dibilang sukses hidupnya. Ayahnya kiai intelek terkenal di negeri ini, beliau sendiri adalah salah satu cendikiawan muslim yang juga memiliki karir penting di lingkungan akademik. Sepintas tidak ada yang kurang dari dirinya, tapi ternyata, 5 th pernikahannya beliau belum juga dikaruniai anak. Anak, bukankah mereka sumber cahaya dalam keluarga? Betapa seringnya kita mengabaikan anak, jarang mengajaknya mengobrol, bermain, atau sekedar mendengar keluh kesahnya di sekolah. Kadang sebagai orang tua kita merasa sudah bekerja keras untuk menghidupi anak, dan itu sudah menjadi bukti. Padahal bukan itu yang diminta!! Air mata saya menetes, mengingat anak saya yang kadang saya omeli hanya karena masalah2 sepele.
Itu hanya salah satu contoh. Kalau kita coba renungi, maka akan semakin banyak nikmat karunia Tuhan yang sudah diberikan tapi sering kita abaikan. Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, tentu semakin mudah kita melakukan perenungan. Mudah-mudahan, selepas Ramadhan kita terlahir menjadi manusia baru yang lebih bijak dalam menyikapi hidup. Amiin.

Jumat, 10 Juni 2011

Let it flows,,

Well,,hampir setengah tahun saya absen menulis di blog ini. Ternyata jabatan yg baru saya pegang hampir setahun ini benar2 menguras stamina saya dan tentu,,,kantong saya,!!ha,,ha,,ha, Bagaimana tidak, untuk mencapai kantor, saya harus melewati 3 AKAP alias Antar Kota Antar Propinsi. Tapi itulah seninya, mungkin kalau jarak kantor saya dekat dengan rumah, alangkah bosannya menjalani rutinitas.
Bicara tentang bosan, banyak sekali contohnya. Misalnya bosan kerja, bosan belajar, bosan hidup (wah, ini yg paling berbahaya), bosan dengan pasangan kita, bosan dengan rutinitas sehari-hari dan segala macam bosan lainnya. Manusia memang tempatnya mengeluh. Belum setahun saya menduduki jabatan baru di kantor, saya mulai dihinggapi rasa bosan. Mungkin tepatnya merasa lelah. Bukan ke lelah fisik, tapi lebih ke lelah bathin. Lelah menghadapi bos yg tidak sejalan dalam mencapai visi sungguh menjengkelkan.
Hampir sepuluh tahun saya bekerja, nyaris selalu mendapat bos yg bisa memberi banyak inspirasi. Tapi kali ini,,,HHHhhhh,,,,saya merasa tidak memiliki siapa2. Ibarat sayur tanpa garam. Gregetnya tidak saya rasakan. Mungkin saya yg terlalu keras menuntut atau memang bos saya yang keras dengan kemauannya sendiri.
Dalam penegakan disiplin, bos saya terbilang payah. Kemampuannya lebih banyak di lip service saja, sementara tanggung jawab seperti dibebankan ke saya sebagai asistant manager. Nah, bagaimana saya bisa berhasil, wong anak buah berfikir, ah,,,gpp managernya aja ngga galak.
Dalam pemecahan masalah, kami kerap kali berbeda pendapat. Sekalipun pendapat saya benar, tetap saja beliau jalan dengan pendapatnya sendiri.
Pada awalnya saya sempat stress juga menghadapi sifatnya itu, karena selama ini pendapat saya seringkali didengar rekan-rekan kerja maupun atasan saya sebelumnya. Belakangan saya menyadari dan mulai memasang strategi. Saya tidak akan ikut campur terhadap semua kebijakan kantor, tidak mengeluarkan pendapat maupun saran apapun kecuali beliau yg meminta. Agak miris juga saya dengan keadaan ini. Well, saya nggak mau bekerja dengan "bete". Let it flows, biarlah semua berjalan..

Sabtu, 18 Desember 2010

Indahnya Buah Kesabaran

Siang tadi saya menghadiri pernikahan rekan kerja di tempat lama. Mengingat dia seperti menyaksikan sebuah testimoni nyata dari kebesaran jiwa seorang anak manusia. Teman saya ini lahir dari keluarga sederhana, anak perempuan pertama dari 3 bersaudara. Dengan kondisi keuangan yg pas-pasan karena ayahnya yg telah pensiun tanpa pesangon & uang pensiunan, ditambah harus membiayai sekolah adik2nya dan kebutuhan keluarga, teman saya ini benar2 jadi tumpuan keluarga. Untuk anak muda seusianya hari sabtu & minggu yg biasanya dipakai untuk santai, tidak demikian dengan teman saya yg satu ini. Sabtu dan Minggu baginya tetap adalah hari kerja demi mencukupi kebutuhan keluarga dengan memberikan les bhs Inggris.
Sekalipun kepala di bawah kaki di atas teman saya yg satu ini pantang mengeluh. Rasanya saya hampir tidak pernah melihat dia sedih, hari-harinya selalu diisi dengan sikap optimis, dan semangat hidup yg tinggi. Bahkan kadang terlalu naif menurut saya. Saya sungguh kagum dengan spirit hidupnya yg tinggi. Satu lagi yg saya kagumi darinya adalah sifat dermawannya. Sekalipun hidup sederhana, teman saya ini selalu saja ringan tangan untuk membeli oleh-oleh, membawakan makanan2 ringan ke kantor, bahkan setahu saya ia juga setiap bulan rutin menyumbang ke salah satu saudaranya yg menurutnya masih kekurangan. Untuk membahagiakan orang lain rasanya teman saya ini selalu rela menyingkirkan kesenangan pribadinya sampai belum memikirkan untuk menikah...
Sungguh Allah maha adil. Segala kebaikan kita pasti akan mendapat balasan yg setimpal. Mungkin di dunia, mungkin di akhirat.
Seperti judul lagu Badai pasti Berlalu, rupanya seperti itu juga kesusahan teman saya ini pelan-pelan sirna. Awal tahun 2010 dia berkenalan dengan pemuda yang baik, dari keluarga baik-baik, karirnya sangat baik, gajinya mungkin berkali-kali lipat dari gajinya, dan yg penting berniat serius menikahinya...
Di tempat pernikahannya yg penuh dengan taburan bunga, saya jadi melamun. Terkenang omongannya beberapa tahun yang lalu, jika kita membicarakan pesta pernikahan teman. Katanya. "aku pingin deh nikah seperti itu, bisa nggak ya..". Yah, tangan Tuhan sudah bekerja teman, mimpimu kini telah hadir dihadapan..!! Selamat Menempuh Hidup Baru Sobat.

Jumat, 29 Oktober 2010

Hukum Karma

Membaca judul postingan saya, pikiran pasti sudah berfikir yg seram2. Kalau dulu orang mengaitkan hukum karma dengan kutukan. Itu bahasa seramnya. Sebenarnya hukum karma ada dalam setiap ajaran agama, hanya istilahnya yg berbeda-beda. Singkatnya semua amal perbuatan kita, pasti mendapat balasan yg setimpal. Entah itu amalan baik maupun amalan buruk.
Dalam ilmu pasti juga dikenal Hukum Kekekalan Energi, dimana prinsipnya semua energi yg ada di alam raya ini selalu dalam jumlah yg tetap. Jika ada energi yg berkurang maka alam akan mengembalikannya dalam jumlah yang sama.
Omong-omong tentang hukum karma, saya punya pengalaman terkini. Saya mempunyai satu anak buah yang susah sekali diatur. pada jam kerja, sering sekali dia BB-an dengan teman2nya, sekalipun saat jam kerja. Saya sudah menegurnya, tapi si bandel ini tetap saja ngeyel. Bahkan atasan sayapun tidak digubrisnya. Kesabaran saya sebagai bos benar2 di uji oleh si bandel ini. Kalau dia anak saya, pasti sudah saya cubiti. Tapi menasehati anak orang, terutama orang dewasa yg bandel ternyata memang tidak mudah. Alhasil, saya sering mengelus dada, alias makan hati sendiri .
Mau tahu apa hasil dari"makan hati" saya selama ini? Suatu hari, tiba2 BBnya jatuh, dan mati total. Si bandel pun bingung krn keasyikannya jadi terganggu. Dibawalah BB ini ke Service Center. Tapi apa mau dikata, si BB ini benar2 mati total selama2nya akibat LCDnya yg rusak. Kalau diganti, harganya hampir separo dari harga BB.
Alhasil, si bandel ini berhenti dari aktifitas "autisnya". Saya pun lega, sungguh saya tidak pernah berdo'a agar BBnya hilang atau rusak. Tapi Allah Maha Tahu dan membalas kegundahan hati saya dan kenakalannya dengan harga yang sepadan.

Senin, 20 September 2010

Tamu Istimewa

Ramadhan sudah berlalu. terasa seperti ada yang hilang dari dalam diri. Kekhusukan dan hiruk pikuk Idul Fitri nyaris seperti bayangan sekelebat yg tiba-tiba menghilang, tapi kesan yg ditimbulkan begitu mendalam. Kadang timbul penyesalan dalam hati akibat kurang maksimalnya ibadah yang saya telah jalani.
Kalau sudah begini, biasanya ingatan saya melayang ke beberapa tahun silam ketika saya masih kuliah. Karena kebetulan saya anak kost, praktis kegiatan saya setelah kuliah ya santai. Waktu untuk bersantai yg cukup banyak itu seingat saya bisa dipakai untuk mendengar ceramah di radio, shalat sunnah, membaca qur'an dan membaca buku-buku bermanfaat.
Sayangnya hal-hal seperti itu sulit saya ulangi sekarang. Sungguh saya merindukannya!
Ramadhan...Semoga tahun depan engkau kembali menyapaku. Tamu istimewa, yang tiada ternilai harganya....